Cerpen


Purnama Terbit di bilahan Embun
                Sama seperti minggu sebelumnya.Aku kembali menikmati drama permainan anak-anak itu.Ya,hampir setiap minggu sore,mereka anak-anak di kampung ini sibuk berperan seolah-olah merekalah tokoh itu.Mengisi waktu senggang menjelang magrib. Sesudah mengaji di surau.
                Di kampung ini sebut saja kampung Jamiatul mukhlisin (walau belum pernah ku dengar namanya,karana memang hanya ada di dalam kepalaku J).Anak - anak kecil akan mengaji di surau menjelang asar. Wajah ceria meraka,bertemu dengan teman-teman seperjuangan menimbulkan makna indah tersendiri bagiku yang melihatnya..Masalah hidup yang ku artikan sebagai ujian dariNya sedikit menemukan secercah cahaya di pintu keluar dari permasalahan itu. Hebatnya para calon pemimpin masa depan itu pikirku.Sembari memarkirkan gerobak yang dengannya aku bisa memaknai hidup dan dengan bantuannya Allah mengaruniakan rizki padaku dan sang isteri shaleha yang tidak pernah mengeluh terhadap profesiku. Aku berkeliling kampung menjual sate tahu dan jagung bakar .
                Seperti hari ini. Sudah merupakan suatu kewajiban bagiku mensyukuri nikmat yang Allah karuniakan padaku. Kutinggalkan dunia tempat persinggahan untuk menghadap Atasanku. Nuansa sejuk,tenang,tentram,nyaman penuh kenikmatan mengalir disetiap cc aliran darah dan alur neuronku. Seorang anak kecil yang telah siap dengan kostumnya (Sarung yang di bentuk sedemikian rupa sehingga menyerupai topeng,dan dengan sebatang ranting di tangannya. Yang biasa ia jadikan sebagai pedang dalam perannya.Berperawakan tinggi dan tegas). Kulipat sajadah dan kuletakkan kembali di tempat teman-temannya yang selalu setia menanti wajah-wajah berseri bersujud mengharap keridhaan dari Rabb nya. Kuberikan senyum terindahku pada anak kecil yang sudah ku anggap sebagai anak ku itu..Ya aku menganggap mereka adalah anak-anak sekaligus teman-temanku.Mereka pun sepertinya juga menganggap hal yang serupa terhadapku.”Hai Umar,drama apa yang hendak kalian mainkan hari ini?”Aku menepuk lembut pundaknya.Umar bukanlah nama panggilan aslinya.Tapi lantaran anak itu selalu berperan sebagai sosok khalifah umar ,maka nama itu seakan telah mendarah daging baginya.Masih ku ingat minggu lalu,dengan sarung yang diikat di lehernya (membentuk sayap) dan sorban yang dipinjam  dari ayahnya dililit di kepala dengan sebagian lagi membentuk cadar yang menutupi mulutnya. Si Umar berteriak dengan lantang “Barang siapa yang ingin anaknya menjadi yatim dan isterinya menjadi  janda,maka silahkan halangi aku untuk berhijrah”. Petang itu mereka bermain dengan tema hijrahnya para sahabat. Cerita yang sering mereka dapatkan dari guru mereka setelah mengaji. Ada si Bilal yang nama asliya Budi.Dengan perawakan hitam manis,dengan mata elang kecilnya. Kabar angin yang ku terima, Ayah si Budi adalah blasteran Afrika. Mu’allaf. Yang setelah mengenal islam begitu tekun untuk menanamkan nilai-nilai agama pada anaknya. Dan masih banyak lagi, Yazid kecil,Sumayyah kecil dan para sahabat kecil lainnya.Peran mereka begitu cocok dimataku. Apakah mereka para mujahid yang dilahirkan untuk kemenangan Islam berikutnya? Pikirku suatu ketika..
“Perang badar pak de” sejenak aku terkejut mendengar suara lantangnya. “ Sate tahunya 15 pak de.Pada lapar ne pak de..mau berjihad,biar lebih semangat” kata-katanya seakan mampu mengalirkan semangat baru padaku.Kemudian seorang bocah kecil mengendap-endap menghampirinya..”Umar,para sahabat sepakat kita akan berkemah di depan sumur badar “. Aku mengernyitkan dahi. Agaknya mereka telah memulai pentasnya.”Thoyyib zaid,ana akan segera kesana”Umar kecil berkata. Kuarahkan pandanganku di sekitar surau yang halamannya cukup luas itu. Beberapa anak telah berkumpul didepan sumur tua tempat para jama’ah biasa berwudhu’. Dari kejauhan seorang anak kecil berlari  terengah-engah dengan wajah cemas menghampiriku.”Ayah,bunda jatuh….” Nafasnya tersenggal senggal..Ihsan keponakanku yang sejak bayi ku asuh sebab telah ditinggal pergi Orang tuanya menghadap Sang pemilik jagad Raya ini.jantungku berpacu dengan langkah kaki yang segera kuseret  secepat-cepatnya agar aku segera tiba dirumah. Isteriku sedang hamil tua.Anak pertama.Allah pasti punya rencana besar atasku dan keluargaku. Isteriku tidak bisa diselamatkan. Begitu juga dengan bayi kami. Mujahid ku. Yang akan aku persiapkan untuk berjihad dan menjadi syuhada. Itulah harapanku. Seperti ummu sulaim yang menghadiahkan puteranya Anas Radhiyallauhu ‘anhu untuk mengabdikan diri pada Rasulullah.
“Ya Allah, sungguh Engkaulah Yang lebih berhak atas didi-diri kami..Masukkan kami kedalam golongan hamba-hambaMu yang Sabar..” Aku jatuh tak sadarkan diri..20 tahun aku dirawat di rumah sakit.Struk.Semoga ini meluruhkan dosaku.Usaha Sate tahu dan jagung bakarku sudah berkembang pesat.Para sahabat kecilku yang telah melanjutkan usaha itu.Mereka sudah berhasil membuka cabang di berbagai tempat. “Sate jagung Mujahid”.Ya, Umar kecil,zaid kecil,ihsan dan para sahabat kecil ku yang lainnya. Umar kecilku yang sekarang sudah dewasa. Entah  mengapa aku merasa begitu dekat dengannya. Dia yang menjadi pemimpin bisnis tu.
Suatu ketika Rombongan mujahid itu datang menjengukku.”Pakde,kami semua telah lulus meraih gelar Sarjana..Semoga pakde cepat sembuh.Bisnis kita telah lama menunggu pakde.Lihatlah anak-anak pakde ini telah berhasil mengembangkan usaha pakde” Semangatnya masih terus saja mampu di transfer pada ku.” J Insya Allah,minggu depan pakde sudah bisa pulang. Bagaimana dengan kabar anak-anak disurau dulu tempat kamu dan yang lain bermain?” Aku begitu penasaran 20 tahun aku meninggalkan lingkungan surau yang banyak memberikan hikmah dalam hidupku. “Alhamdulillah telah lahir Umar yang baru dan sahabat-sahabat yang lain pakde. Kami selalu setia mencoba untuk membimbing mereka agar mengenal sosok Rasulullah dan para pejuang Islam yang tanpa mereka Islam tidak akan ada dimuka bumi ini” Umar kecil telah tumbuh menjadi sosok pemuda yang gagah.Pandangannya begitu menyejukkan. Ketika melihatnya,aku ingat akan Rabb yang telah menciptakanku.Subhanalah..Bagai purnama terbit di bilahan embun.Tanpa kutau apa makna dari ungkapanku itu.
Hari ini,di temani para mujahid kecilku.Umar (yang baru-baru ini ku ketahui fatih adalah nama panggilan aslinya),Ihsan (yang selalu setia menemaniku dan menceritakan keadaan lingkungan ini selama aku berada di rumah sakit),zaid,sumayyah(yang telah menikah dengan Ihsan ku. Menjadi seorang wanita shaleha. Yang mengingatkanku akan isteriku. Ah… betapa rindunya aku pada bidadariku itu. Wanita shaleha yang tidak pernah sekalipun mempertontonkan auratnya pada orang yang tidak halal melihatnya. Ucapanya menyejukkan,pandangannya meneduhkan,terasa damai bila bersamanya).
“ Sore ini mereka memainkan cerita perang badar ayah” . bisik Ihsan ditelingaku. Air mata tanpa bisa kutahan dan kutau apa artinya mengalir begitu saja dipipiku.Ku putar kursi rodaku agar aku bisa lebih dekat melihat aksi mereka.Ditengah permainan,aku merasa dunia begitu kelam…”Astagfirullah..Asy hadu alla ilaahaillallah wa asy hadu anna Muhammadarrasulullah…”
Cerita perang badar itu, tidak akan pernah bisa selesai kusaksikan di dunia ini..
Saat itu aku begitu rindu bertemu dengan Rabbku..Aku rindu bertemu dengan wajah  lembut bak bulan purnama itu..Ya Rasulullah..Aku rindu bertemu dengan para sahabat yang diperankan oleh para sahabat kecilku..Aku rindu bertemu dengan bidadari dan mujahidku..
Senja semakin turun ke permukaan bumi..Menghantarkan jiwa yang tenang menghadap kekasih yang dirindu..Menghadap keharibaanNya.Meniti mutiara ditaman kasih penuh berkah.Bermandikan cahaya purnama. Merekah indah dibalut sutera.” Selamat datang ditaman penuh cinta yang tiada huru hara dan gelisah di dalamnya”

(Terinspirasi dari kondisi zaman ini.Ketika mendengar seorang anak kecil bernyanyi dengan nyanyian yang tidak pantas dinyanyikan “Kawin…Kawin….”.Ah,begitu aku merindukan nyanyian ketika aku masih mengaji di mesjid kecil itu “ Di sini Iqra’ ,disana Iqra’,dimana-mana ku dengar Iqra’..Dirumah Iqra’ ,di sekolah Iqra’ dimana-mana kudengar Iqra’ l,la..la..la..la…” dan “ yang pertama adam,yang kedua Idris,yang ke tiga Nuh….” Hh..entah anak-anak sekarang masih tau dengan ke 25 nabi dan rasul itu,jangan tanyakan mereka,bagaimana dengan kita..Ayo cek lagi,masih hafal dengan 25Nabi dan Rasul? Aku malu dengan diriku,aku sendiri sudah lupa urutannya L..Betapa aku merindukan Sosok Rasulullah dan para sahabat.. LL  ) by: humaira’@math07unand